Dalam dunia psikoterapi, ada banyak pendekatan yang dikembangkan untuk membantu manusia menghadapi rasa sakit emosional dan membangun kesehatan mental. Terapi Berfokus pada Belas Kasih (Compassion-Focused Therapy/CFT) adalah salah satu pendekatan yang menaruh perhatian khusus pada pentingnya welas asih, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Terapi ini dikembangkan untuk individu yang sering kali terjebak dalam rasa malu berlebihan dan kritik terhadap diri sendiri. Banyak orang mampu mengikuti tugas-tugas kognitif dan perilaku dalam terapi tradisional, namun tetap kesulitan membangun suara batin yang penuh dukungan dan kebaikan. CFT hadir untuk menumbuhkan sikap welas asih terhadap diri, sekaligus membangun perasaan terhubung dengan orang lain.
Evolusi Compassion-Focused Therapy (CFT)
Pendekatan CFT berakar pada perspektif evolusioner, dengan menyoroti bagaimana sistem afiliasi pada mamalia berkembang untuk mendukung keberlangsungan hidup. Dalam kerangka ini, manusia memiliki tiga sistem regulasi emosi yang saling berkaitan. Pertama adalah sistem ancaman dan perlindungan, yang membantu mendeteksi bahaya dan meresponsnya melalui emosi seperti marah, cemas, atau jijik, sehingga memunculkan reaksi bertahan seperti melawan, lari, atau tunduk. Kedua, sistem pencarian dan perolehan, yang memotivasi individu untuk mengejar sumber daya dan penghargaan, misalnya makanan atau kesempatan sosial, sehingga menimbulkan perasaan positif berupa semangat, kegembiraan, dan vitalitas. Ketiga adalah sistem ketenangan dan kenyamanan, yang muncul bersamaan dengan keterikatan dan afiliasi sosial. Sistem ini menghasilkan emosi positif yang berbeda, seperti rasa damai, puas, serta kondisi “rest and digest” yang menenangkan tubuh dan pikiran.
Sayangnya, sebagian orang mengalami kesulitan mengakses sistem ketenangan ini, terutama ketika menghadapi ancaman. Hal tersebut dapat dipengaruhi faktor biologis maupun lingkungan, seperti kurangnya pengalaman menenangkan pada masa awal kehidupan. CFT hadir untuk menyeimbangkan ketiga sistem tersebut dengan menumbuhkan motivasi welas asih dan melatih perilaku penuh kasih. Dengan demikian, individu diharapkan mampu merespons kritik diri dengan kebaikan dan meningkatkan kesejahteraan psikologisnya.
Prinsip Utama CFT: Compassionate Mind Training
Salah satu inti dari CFT adalah Compassionate Mind Training (CMT). Melalui CMT, klien diajak untuk mempelajari keterampilan penting dalam mengembangkan aspek-aspek welas asih, seperti kepedulian terhadap kesejahteraan, kepekaan terhadap penderitaan, kemampuan menoleransi distress, empati, serta sikap non-judgmental. Untuk mencapai hal tersebut, CMT menggunakan berbagai keterampilan yang juga dikenal dalam psikoterapi lain, seperti compassionate reasoning (berpikir penuh kasih), compassionate behaviour (berperilaku penuh kasih), compassionate imagery (menggunakan imajinasi penuh kasih), compassionate feeling (merasakan kasih sayang), dan compassionate sensation (menumbuhkan sensasi tubuh yang menenangkan).
Dalam praktiknya, sesi CMT dapat melibatkan latihan imajinasi, penggunaan pikiran welas asih terhadap diri sendiri maupun orang lain, menanggapi kritik diri dengan penuh kebaikan, hingga menulis surat atau jurnal sebagai bentuk latihan perilaku welas asih. Fokus utamanya adalah menumbuhkan rasa kasih kepada diri sendiri ketika menghadapi pikiran negatif atau kritik internal.
CFT juga dapat menjadi kerangka yang memperkuat efektivitas intervensi psikologis lainnya, karena aktivasi sistem afiliasi membuat klien lebih terbuka dan terhubung secara emosional. Bagi individu dengan suara batin yang sangat kritis, membangun “suara dalam diri” yang lebih penuh kasih dapat membantu mereka terlibat lebih baik dalam terapi.
Kesimpulan
CFT semakin menarik perhatian sebagai salah satu pendekatan psikoterapi yang menjanjikan. Berbeda dari terapi lain, CFT menekankan pada aspek evolusi perilaku afiliasi manusia serta menggabungkan berbagai teknik dari terapi berbasis bukti lainnya. Pendekatan ini sangat relevan untuk membantu individu yang memiliki tingkat kritik diri tinggi, dengan tujuan menumbuhkan suara batin yang lebih penuh kasih. Meskipun bukti awal menunjukkan hasil positif, penelitian lebih lanjut dengan desain yang lebih kuat masih diperlukan untuk memastikan efektivitas CFT dibandingkan terapi standar lainnya.
Untuk dapat mengenali potensimu dengan baik, kalian dapat menemukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.
Referensi:
Leaviss, J., & Uttley, L. (2014). Psychotherapeutic benefits of compassion-focused therapy: An early systematic review. Psychological Medicine, 45(5), 927–945. https://doi.org/10.1017/s0033291714002141
 
             
                             
                             
                             
     
     
     
     
    