Pengertian Umum Schadenfreude
Schadenfreude adalah perasaan senang atau puas yang muncul ketika melihat orang lain mengalami kesulitan atau penderitaan. Secara sederhana, ini menggambarkan kondisi ketika seseorang mendapatkan kepuasan dari kegagalan atau ketidakberuntungan orang lain. Namun, jika dilihat sekilas, hal ini mungkin tampak membingungkan karena pada umumnya melihat orang lain dalam rasa sakit fisik maupun emosional justru menimbulkan ketidaknyamanan atau rasa tidak enak.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa menyaksikan penderitaan orang lain biasanya bersifat aversif atau tidak menyenangkan (Batson, 1994; Decety, Michalska, & Akitsuki, 2008; de Waal, 2008; Hoffman, 1981; Wispé, 1991). Dengan demikian, schadenfreude menjadi fenomena unik karena bertentangan dengan reaksi alami manusia yang umumnya merasa simpati terhadap kesulitan orang lain.
Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Schadenfreude
Schadenfreude tidak muncul begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis. Salah satunya adalah perasaan iri, di mana melihat orang lain gagal dapat menghadirkan rasa puas karena menurunkan kesenjangan yang dirasakan. Selain itu, perasaan superioritas juga berperan; seseorang bisa merasa lebih baik atau lebih unggul ketika orang lain mengalami kesulitan. Faktor lain yang memengaruhi adalah rasa keadilan, misalnya ketika seseorang yang dianggap sombong, curang, atau tidak adil akhirnya mendapat balasan atas perilakunya, maka kegagalannya dapat menimbulkan rasa senang bagi orang lain. Terakhir, aspek emosi dan empati turut menentukan: individu dengan empati rendah cenderung lebih mudah merasakan schadenfreude dibandingkan mereka yang memiliki empati tinggi.
Cara Menghalau Schadenfreude
Meskipun schadenfreude adalah emosi yang wajar, terlalu sering membiarkannya tumbuh bisa mengganggu hubungan sosial dan menurunkan empati. Ada beberapa cara yang dapat membantu menghalau atau meredam perasaan ini. Pertama, melatih empati, yaitu dengan mencoba memahami sudut pandang dan perasaan orang lain, sehingga lebih mudah menumbuhkan rasa peduli dibanding rasa senang atas penderitaan mereka. Kedua, mengendalikan rasa iri, misalnya dengan berfokus pada kelebihan dan pencapaian diri sendiri, bukan hanya membandingkan diri dengan orang lain. Ketiga, meningkatkan kesadaran diri (self-awareness) dengan mengenali kapan perasaan schadenfreude muncul, sehingga bisa segera mengubah respons emosional menjadi lebih positif. Terakhir, menumbuhkan rasa syukur atas hal-hal yang dimiliki dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk mencari kepuasan dari kesulitan orang lain.
Jangan lupa, untuk dapat mengenali potensi mu dengan baik, kalian dapat menemukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.
Referensi:
Smith, R. H., Powell, C. A., Combs, D. J., & Schurtz, D. R. (2009). Exploring the when and why of schadenfreude. Social and Personality Psychology Compass, 3(4), 530-546.
 
             
                             
                             
                             
     
     
     
     
    