Memuat...
20 October 2025 10:20

Peran terapi psikoseksual dalam meningkatkan hubungan dan kualitas hidup berpasangan

Bagikan artikel

Hubungan seksual bukan hanya soal aspek biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh psikologis, budaya, dan nilai-nilai yang dianut seseorang. Ketika terjadi gangguan atau disfungsi seksual, penyebabnya bisa sangat kompleks, melibatkan faktor organik maupun psikis. Disfungsi seksual sendiri dapat muncul sebagai akibat dari gangguan psikologis, atau sebaliknya, justru memicu masalah psikologis baru seperti rasa cemas, rendah diri, atau tekanan dalam hubungan. Bahkan ketika penyebab utamanya bersifat biologis, faktor psikologis hampir selalu hadir dan ikut memengaruhi. Kompleksitas inilah yang menjadikan psikoterapi berperan penting, karena ia mampu membantu individu maupun pasangan memahami akar permasalahan, mengelola emosi, dan membangun kembali kualitas kehidupan seksual secara lebih sehat.

Faktor Perkembangan dan Pemicu Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual tidak muncul begitu saja, melainkan sering kali dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan kondisi yang berlanjut hingga dewasa. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko adalah pengalaman traumatis. Trauma bisa terjadi dalam bentuk peristiwa tunggal yang sangat mengguncang, atau pengalaman berulang yang berlangsung lama, misalnya pola pengasuhan yang minim kehangatan dan kasih sayang. Anak yang tumbuh tanpa kelekatan emosional dari orang tua cenderung kesulitan membangun hubungan intim yang sehat ketika dewasa. Selain itu, pada masa pubertas, remaja menerima skrip sosial-seksual dari keluarga, budaya, dan masyarakat. Jika skrip yang ditanamkan kaku atau penuh batasan tanpa ruang pemahaman, hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam fungsi seksual di kemudian hari.

Selain faktor perkembangan, terdapat pula sejumlah aspek yang dapat memicu dan mempertahankan disfungsi seksual. Kepribadian individu, kondisi pasangan, dan kualitas hubungan interpersonal memainkan peran penting. Masalah kerap kali muncul ketika kecemasan berlebihan terkait performa seksual menguat. Kecemasan ini biasanya berakar dari pengalaman kegagalan sebelumnya, sehingga menimbulkan lingkaran kekhawatiran baru setiap kali berhubungan. Rasa percaya diri yang menurun dan hubungan dengan pasangan yang mulai renggang pun bisa memperburuk keadaan, hingga masalah yang seharusnya sesaat berubah menjadi kronis.

Disfungsi seksual juga berhubungan erat dengan dinamika relasi. Dalam banyak kasus, sulit dipisahkan apakah masalah seksual memicu konflik hubungan, atau justru konflik hubungan yang menimbulkan hambatan seksual. Karena itu, penanganan yang paling efektif adalah mengatasi keduanya secara bersamaan, agar tidak ada satu sisi yang terus memengaruhi sisi lainnya.

Faktor kontekstual sehari-hari juga tak kalah penting. Tekanan pekerjaan, kurangnya privasi, perbedaan jadwal kerja, masalah ekonomi, hingga tanggung jawab mengurus anak atau anggota keluarga yang sakit dapat menambah beban. Jika dibiarkan, faktor-faktor ini bisa mengganggu kepuasan seksual atau bahkan berkembang menjadi disfungsi seksual yang lebih serius.

Psikoterapi untuk Mengatasi Disfungsi Seksual

Psikoterapi yang berfokus pada aspek seksual, sering disebut sebagai terapi psikoseksual, merupakan intervensi khusus yang dirancang untuk membantu pasangan menghadapi kesulitan dalam kehidupan intim mereka. Prinsipnya masih berakar pada teknik psikoterapi umum, namun diarahkan secara khusus untuk menangani disfungsi seksual. Seiring waktu, pendekatan ini berkembang dari yang awalnya lebih psikoanalitis menjadi pendekatan biopsikososial integratif yang lebih menyeluruh.

Dalam terapi psikoseksual, terdapat beberapa prinsip utama. Pertama, meskipun masalah mungkin dialami oleh salah satu pihak, yang dianggap sebagai “klien” adalah hubungan pasangan itu sendiri. Dengan demikian, terapi menitikberatkan pada dinamika relasi, bukan hanya individu. Kedua, yang ditangani adalah gejala dan faktor penyebab yang sedang berlangsung, bukan semata-mata akar masalah yang mendalam. Tujuan terapi juga spesifik: meredakan disfungsi seksual yang dialami pasangan, dan terapi akan selesai ketika tujuan itu tercapai.

Terapi ini bersifat terstruktur, intensif, dan biasanya berlangsung dalam jangka pendek. Pasangan menjalani sesi bersama maupun terpisah dengan tim terapis, lalu diberikan latihan yang bertujuan mengurangi kecemasan performa serta meningkatkan kenyamanan emosional dan fisik satu sama lain. Salah satu metode yang digunakan adalah sensate focus, yaitu latihan yang mengajarkan pasangan untuk memberi perhatian pada keintiman secara bertahap, tanpa tekanan untuk “berhasil.” Dengan cara ini, pasangan belajar menikmati proses, membangun rasa percaya, dan menumbuhkan kembali kedekatan emosional yang sehat.

Dengan demikian, psikoterapi untuk disfungsi seksual tidak hanya berfokus pada aspek biologis, tetapi juga pada kualitas hubungan dan kesejahteraan emosional pasangan. Melalui pendekatan yang terarah, aman, dan saling menghargai, pasangan dapat menemukan kembali rasa percaya diri serta keintiman yang lebih sehat dalam kehidupan bersama.

Untuk dapat mengenali potensimu dengan baik, kalian dapat menemukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.

Referensi:

Sathyanarayana Reddy, A. (2018). Psychotherapy for sexual dysfunctions. Sexual Medicine, 95–112. https://doi.org/10.1007/978-981-13-1226-7_9

Bagikan