Memuat...
09 June 2025 11:02

Perbedaan Pola Asuh dan Dampaknya terhadap Regulasi Emosi Anak

Bagikan artikel

Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, cara orang tua mendidik dan merespons perilaku anak yang kita sebut dengan “pola asuh” dapat memberikan dampak besar, terutama dalam hal bagaimana anak belajar mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosinya. Inilah yang disebut sebagai kemampuan regulasi emosi.

Regulasi emosi merupakan fondasi penting dalam perkembangan anak. Anak yang mampu mengelola emosinya dengan baik cenderung memiliki hubungan sosial yang sehat, prestasi belajar yang lebih baik, dan resiliensi menghadapi stres. Sebaliknya, kesulitan dalam regulasi emosi dapat meningkatkan risiko masalah perilaku dan kesehatan mental di kemudian hari.

Apa Itu Regulasi Emosi?

Regulasi emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali, memahami, dan mengelola perasaan mereka secara adaptif. Ini termasuk kemampuan untuk:

  • Mengendalikan ledakan emosi (seperti marah, menangis berlebihan)

  • Menenangkan diri saat cemas atau sedih

  • Mengekspresikan emosi secara sesuai dengan situasi

  • Berpikir sebelum bertindak saat merasa frustrasi

Kemampuan ini tidak muncul begitu saja melainkan dipelajari, salah satunya dari pola asuh yang diterapkan orang tua.

Jenis-Jenis Pola Asuh

Dalam psikologi perkembangan, dikenal empat gaya pola asuh utama:

1. Otoritatif (Demokratis)

  • Ciri: Hangat dan responsif, namun juga memiliki aturan dan batas yang jelas.

  • Dampak: Anak belajar bahwa perasaan mereka valid, tetapi tetap harus bertanggung jawab terhadap tindakannya. Ini mendukung regulasi emosi yang sehat.

2. Otoriter

  • Ciri: Tegas, penuh kontrol, minim kehangatan, aturan ketat tanpa ruang diskusi.

  • Dampak: Anak cenderung menekan emosi atau mengekspresikannya secara ekstrem. Mereka mungkin takut mengungkapkan perasaan karena takut dihukum.

3. Permisif

  • Ciri: Hangat, penuh kasih, tetapi hampir tanpa aturan dan batasan.

  • Dampak: Anak bisa mengalami kesulitan mengatur dorongan emosional karena tidak terbiasa menghadapi batas atau konsekuensi. Mereka bisa kesulitan menerima frustrasi.

4. Neglektif (Pengabaian)

  • Ciri: Minim kontrol dan minim kasih sayang. Orang tua tidak terlibat secara emosional maupun fisik.

  • Dampak: Anak tidak mendapatkan bimbingan emosional, merasa tidak aman, dan berisiko tinggi mengalami gangguan emosi dan perilaku.

Bagaimana Pola Asuh Membentuk Regulasi Emosi Anak?

✔️ Melalui Contoh yang Ditunjukkan

Anak belajar dari melihat bagaimana orang tua mengekspresikan dan menangani emosinya sendiri. Orang tua yang mampu mengelola stres dengan tenang memberikan contoh konkret bagaimana menghadapi emosi.

✔️ Melalui Respons terhadap Emosi Anak

Apakah orang tua mengabaikan, meremehkan, atau mendengarkan dengan empati saat anak marah atau menangis? Respons ini membentuk persepsi anak terhadap emosinya sendiri apakah itu boleh dirasakan, dimengerti, dan bagaimana cara menanganinya.

✔️ Melalui Aturan dan Struktur

Batas yang konsisten dan dijelaskan dengan hangat membantu anak belajar bahwa perasaan tidak selalu bisa menjadi dasar tindakan. Ini penting untuk perkembangan kontrol diri dan kemampuan berpikir sebelum bertindak.

Membantu Anak Mengembangkan Regulasi Emosi

Apa pun gaya pengasuhan yang kita gunakan selama ini, selalu ada ruang untuk berkembang. Berikut beberapa strategi yang bisa membantu mendukung regulasi emosi anak:

  • Validasi perasaan anak. Misalnya: “Kakak marah ya karena mainannya diambil? Itu wajar kok.”

  • Bantu anak menamai emosinya. Gunakan bahasa sederhana: senang, kecewa, marah, cemas.

  • Ajarkan strategi menenangkan diri. Seperti menarik napas dalam, mengambil waktu sendiri, atau menggambar.

  • Berikan batas yang konsisten dan dijelaskan. Anak merasa aman ketika tahu apa yang diharapkan darinya.

  • Jaga emosi diri sebagai orang tua. Anak akan meniru cara kita menghadapi stres, bukan hanya kata-kata kita.

Kesimpulan

Pola asuh bukan sekadar cara mendidik, tapi juga membentuk cara anak mengenali dan mengelola perasaannya. Pola asuh yang hangat namun tegas, seperti gaya otoritatif, terbukti paling mendukung perkembangan regulasi emosi yang sehat.

Perlu diingat: membesarkan anak bukan tentang menjadi orang tua yang sempurna, tetapi tentang menjadi cukup hadir, cukup sadar, dan terus belajar.

Sebagai biro psikologi terpercaya, Assesment Indonesia adalah vendor psikotes yang juga menyediakan layanan psikotes online dengan standar profesional tinggi untuk mendukung keberhasilan asesmen Anda.

Bagikan