Memuat...
23 June 2025 13:08

Mengapa Kita Sering Menunda? Perspektif Psikologi Tentang Prokrastinasi

Bagikan artikel

Kita semua pernah mengalaminya: tugas menumpuk, tenggat waktu mendekat, tapi kita malah sibuk menonton video acak atau menggulir media sosial. Fenomena ini disebut prokrastinasi, atau perilaku menunda-nunda. Meski terlihat sepele, kebiasaan ini bisa berdampak serius pada produktivitas, kesejahteraan mental, bahkan identitas diri seseorang.

Apa Itu Prokrastinasi?

Dalam psikologi, prokrastinasi didefinisikan sebagai kecenderungan menunda pekerjaan penting, meskipun tahu bahwa penundaan tersebut bisa berdampak negatif. Artinya, seseorang sadar bahwa dirinya sedang menunda, tapi tetap tidak mengambil tindakan untuk memulai.

Mengapa Kita Menunda?

Penundaan tidak selalu soal kemalasan. Banyak faktor psikologis tersembunyi yang memicu kebiasaan ini. Berikut beberapa alasan umum menurut teori dan riset psikologi:

  1. Takut Gagal
    Orang yang takut tidak bisa menyelesaikan tugas dengan sempurna cenderung menundanya, karena menghindari perasaan kecewa.

  2. Perfeksionisme
    Mirip dengan ketakutan gagal, perfeksionis sering menunggu "waktu yang tepat" atau "ide yang sempurna", yang seringkali tidak pernah datang.

  3. Kurangnya Regulasi Diri
    Kesulitan dalam mengelola waktu, perhatian, dan dorongan sesaat (seperti keinginan mengecek notifikasi) membuat seseorang lebih rentan menunda.

  4. Tugas Terlalu Abstrak atau Tidak Menarik
    Tugas yang tidak memiliki makna pribadi atau terlalu rumit secara mental cenderung lebih mudah dihindari.

  5. Pengaruh Emosi Negatif
    Ketika tugas dikaitkan dengan stres, bosan, atau rasa bersalah, seseorang cenderung menjauhinya untuk menghindari perasaan-perasaan tersebut.

Dampak Psikologis dari Prokrastinasi

Meskipun kadang terasa “ringan” atau bahkan lucu, prokrastinasi kronis memiliki konsekuensi serius:

  • Rasa Bersalah dan Penyesalan
    Semakin sering menunda, semakin kuat rasa bersalah dan frustrasi terhadap diri sendiri.

  • Menurunnya Kepercayaan Diri
    Ketika tugas tidak selesai sesuai harapan, seseorang mulai mempertanyakan kemampuan dirinya.

  • Stres dan Kesehatan Mental Menurun
    Beban mental dari pekerjaan yang belum selesai menciptakan kecemasan berkepanjangan, bahkan bisa memicu burnout.

Apa Kata Penelitian?

Studi dari Journal of Behavioral Psychology menyebutkan bahwa prokrastinasi bukan sekadar masalah manajemen waktu, tapi lebih kepada masalah regulasi emosi. Ketika kita menunda, kita sebenarnya sedang mencoba menghindari perasaan tidak nyaman, bukan sekadar menghindari tugas itu sendiri.

Strategi Psikologis Mengatasi Prokrastinasi

  1. Teknik “2 Menit”
    Jika sebuah tugas memakan waktu kurang dari dua menit, lakukan segera. Ini melatih otak untuk tidak menunda hal-hal kecil.

  2. Buat Tujuan Kecil dan Spesifik
    Pecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang bisa dicapai dalam waktu singkat.

  3. Gunakan Time Blocking atau Pomodoro
    Atur waktu bekerja dalam blok fokus 25 menit, lalu istirahat. Pola ini membantu membentuk ritme kerja yang konsisten.

  4. Kelola Ekspektasi Diri
    Sadarilah bahwa tidak semua harus sempurna. Lebih baik selesai daripada sempurna tapi tidak pernah dimulai.

  5. Sadari Pola Emosional Anda
    Catat kapan dan mengapa Anda cenderung menunda. Dengan mengenal pola ini, Anda bisa mulai mencari alternatif respons.

Kesimpulan

Prokrastinasi bukan cerminan kemalasan, melainkan sering kali sinyal bahwa ada emosi, harapan, atau beban mental yang belum terselesaikan. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, kita bisa mulai dengan memahami akar kebiasaan ini, lalu perlahan membentuk pola perilaku baru yang lebih sehat dan produktif. Menunda adalah manusiawi, tapi menyadari dan mengatasinya adalah langkah menuju kedewasaan emosional dan mental.

Sebagai biro psikologi terpercaya, Assesment Indonesia adalah vendor psikotes yang juga menyediakan layanan psikotes online dengan standar profesional tinggi untuk mendukung keberhasilan asesmen Anda.

Bagikan