Memuat...
30 January 2025 20:19

Mengapa Kita Bisa Merasa Cemas?

Bagikan artikel

Pernahkah kalian merasa cemas? Misalnya saat menunggu hasil ujian, menantikan masakan yang sedang dimasak, atau menunggu kabar dari seseorang yang kita tunggu-tunggu. Bahkan, rasa cemas sering kali muncul ketika kita sedang menunggu kabar dari pasangan. Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan kecemasan? Mengapa kita bisa merasa cemas? Bagaimana cara untuk mengatasi rasa cemas? Yuk, simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini!

Apa Itu Kecemasan?

Secara umum, kecemasan didefinisikan sebagai perasaan khawatir yang muncul karena memikirkan masalah yang mungkin terjadi di masa depan (Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010). Walaupun sering dianggap negatif, kecemasan sebenarnya tidak selalu buruk. Kecemasan bisa membantu kita untuk lebih waspada dan merencanakan langkah-langkah untuk menghadapi potensi ancaman di masa depan. Sebagai contoh, jika kita cemas tentang nilai ujian yang buruk, rasa cemas itu bisa memotivasi kita untuk belajar lebih keras agar hasilnya lebih baik.

Namun, kecemasan bisa berdampak buruk jika tidak bisa dikendalikan dengan baik. Ketika kecemasan meningkat dan tidak terkendali, seseorang bisa merasakan gejala fisik yang mengganggu, seperti keringat berlebihan atau kesulitan bernapas. Tentu saja, kondisi ini tidak ideal.

Siapa yang Lebih Rentan Mengalami Kecemasan?

Menurut data dari German Health Interview and Examination Survey, wanita lebih berisiko mengalami kecemasan dibandingkan pria. Faktor sosial, seperti jenis kelamin, memiliki pengaruh besar dalam hal ini. Penelitian menunjukkan bahwa pria lebih sering mengalami tekanan sosial, sementara wanita lebih reaktif terhadap stres (Olff dalam Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010). Ini menjelaskan mengapa wanita cenderung lebih sering merasa cemas daripada pria.

Apa Saja Faktor yang Memengaruhi Kecemasan?

Beberapa faktor berisiko dapat mempengaruhi kecemasan, seperti faktor genetik, neurobiologis, lingkungan sosial, kepribadian, dan faktor kognitif (Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010). Secara genetik, beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan kecemasan yang spesifik. Dari sisi neurobiologis, aktivitas yang tinggi pada sirkuit rasa takut di otak juga bisa menyebabkan kecemasan.

Faktor lingkungan sosial juga turut berperan. Misalnya, individu yang mengalami peristiwa traumatis atau negatif dalam hidup, terutama yang memberikan kesan bahwa sesuatu yang buruk mungkin terjadi di masa depan, berisiko lebih tinggi untuk mengalami kecemasan. Selain itu, individu dengan kepribadian neurotik, yang memiliki hambatan perilaku pada masa kecil, juga lebih rentan terhadap kecemasan. Dalam hal kognitif, individu dengan kemampuan pengendalian diri yang rendah cenderung lebih mudah merasa cemas.

Bagaimana Cara Mengatasi Kecemasan?

Untuk menangani gangguan kecemasan, terapi sering kali melibatkan teknik yang mengharuskan seseorang untuk menghadapi langsung sumber kecemasannya (Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010). Sebelum itu, klien biasanya diberi latihan relaksasi untuk membantu mereka tetap tenang saat menghadapi kecemasan.

Sebagai contoh, jika kamu merasa cemas dengan keberadaan kucing, kamu bisa memulai dengan cara perlahan, seperti melihat gambar kucing terlebih dahulu, kemudian berlatih mengelus gambar kucing, berada dengan jarak tertentu dari kucing yang sebenarnya, dan secara bertahap meningkatkan intensitasnya hingga rasa cemas tersebut berkurang. Namun, jika kamu merasa kecemasanmu semakin sulit untuk dikendalikan, lebih baik berkonsultasi dengan seorang psikolog untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.

Sekarang, kamu sudah memahami apa itu kecemasan dan bagaimana cara menanganinya. Ingat, menjaga kesehatan mental sangat penting, jadi jangan ragu untuk mencari bantuan jika kamu merasa cemas berlebihan.

Biro Psikologi Assessment Indonesia dikenal sebagai pusat asesmen Indonesia yang memberikan berbagai layanan, termasuk jasa konseling, psikotes dan asesmen individu, dengan proses yang efisien dan hasil mendalam.

 

Bagikan