Overachievement atau pencapaian berlebihan sering dianggap sebagai hal positif, terutama dalam dunia akademik dan prestasi. Namun, ketika dorongan untuk selalu menjadi “yang terbaik” tidak diimbangi dengan keseimbangan yang sehat, hal ini bisa membawa dampak negatif serius bagi kesehatan mental remaja.
Apa Itu Overachievement?
Overachievement terjadi ketika seseorang berusaha melebihi standar yang diharapkan secara terus-menerus, sering kali didorong oleh tekanan eksternal maupun internal. Pada remaja, overachievement biasanya terkait dengan tuntutan akademik, ekspektasi orang tua, atau keinginan untuk diterima sosial.
Dampak Overachievement terhadap Kesehatan Mental Remaja
1. Stres dan Kecemasan Berlebihan
Dorongan untuk selalu meraih nilai sempurna atau prestasi tertinggi dapat menyebabkan stres kronis dan kecemasan yang berulang. Remaja mungkin merasa takut gagal dan terus-menerus khawatir terhadap penilaian orang lain.
2. Perfeksionisme yang Merugikan
Overachievement seringkali diiringi oleh perfeksionisme, yang membuat remaja sulit menerima kesalahan atau ketidaksempurnaan. Ini dapat mengurangi rasa percaya diri dan meningkatkan rasa frustrasi.
3. Kelelahan Fisik dan Mental (Burnout)
Tekanan yang terus-menerus menyebabkan kelelahan, yang jika tidak diatasi dapat berkembang menjadi burnout. Remaja bisa kehilangan motivasi, mengalami gangguan tidur, hingga masalah kesehatan fisik.
4. Gangguan Mood dan Depresi
Remaja yang mengalami overachievement cenderung rentan terhadap perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya disenangi, serta isolasi sosial.
5. Hubungan Sosial yang Terganggu
Fokus berlebihan pada pencapaian bisa membuat remaja mengabaikan hubungan sosial dan hobi, yang sebenarnya penting untuk keseimbangan emosional.
Cara Mengatasi Dampak Negatif Overachievement
1. Mendorong Keseimbangan Hidup
Orang tua dan guru perlu membantu remaja membagi waktu antara belajar, istirahat, dan aktivitas sosial.
2. Membangun Kesadaran Diri
Ajarkan remaja untuk mengenali tanda-tanda stres dan kelelahan serta pentingnya meminta bantuan bila diperlukan.
3. Mengurangi Tekanan Ekspektasi
Mengkomunikasikan harapan yang realistis dan memberi ruang bagi kegagalan sebagai bagian dari proses belajar.
4. Mendorong Kegiatan Relaksasi dan Hobi
Aktivitas non-akademik membantu remaja melepaskan stres dan mengembangkan aspek diri yang lebih luas.
5. Mendukung Konseling Psikologis
Jika gejala stres dan kecemasan sudah berat, intervensi profesional dari psikolog bisa sangat membantu.
Kesimpulan
Overachievement memang bisa memacu remaja untuk berprestasi, tapi tanpa keseimbangan dan dukungan yang tepat, hal ini dapat merusak kesehatan mental mereka. Oleh karena itu, perhatian dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sangat dibutuhkan untuk menjaga kesejahteraan psikologis remaja.
Sebagai biro psikologi terpercaya, Assessment Indonesia adalah vendor psikotes yang juga menyediakan layanan tes IQ online resmi dengan standar profesional tinggi untuk mendukung keberhasilan asesmen Anda.