Dengan berkembangnya teknologi, psikotes online semakin banyak digunakan dalam proses seleksi kerja. Namun, muncul satu pertanyaan penting: apakah tes online lebih rentan terhadap kecurangan dibandingkan tes tatap muka? Para ahli menilai bahwa meskipun psikotes online menawarkan fleksibilitas, tetap ada potensi risiko yang perlu diperhatikan, terutama terkait keaslian dan kejujuran peserta.
Mengapa Psikotes Online Dianggap Lebih Rentan?
Ketiadaan pengawasan langsung menjadi salah satu faktor yang membuat psikotes online dinilai lebih mudah dimanipulasi. Peserta bisa saja membuka tab lain untuk mencari jawaban, meminta bantuan seseorang, atau menggunakan alat bantu tambahan. Kondisi ini lebih sulit dikendalikan dibandingkan ketika tes dilakukan di ruangan khusus dengan pengawas.
Selain itu, faktor lingkungan rumah yang tidak terkontrol juga berpengaruh. Karena peserta berada di area pribadi, kemungkinan untuk melakukan tindakan yang mengancam integritas tes menjadi lebih besar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tes yang dilakukan tanpa pengawasan ketat memiliki tingkat kecurangan yang lebih tinggi dibandingkan tes yang diawasi secara langsung.
Bagaimana Teknologi Mencegah Kecurangan?
Untuk mengatasi risiko tersebut, banyak penyelenggara tes kini menggunakan teknologi pemantauan seperti webcam proctoring, deteksi perpindahan layar, dan pengawasan audio. Sistem dapat mencatat aktivitas yang mencurigakan, seperti melihat ke arah lain terlalu sering, membuka jendela baru, atau adanya suara orang lain di sekitar peserta.
Beberapa platform tes modern juga mengintegrasikan validity scale untuk mendeteksi pola jawaban yang tidak konsisten atau terlalu ideal. Jika pola tersebut menunjukkan indikasi manipulasi, hasil tes dapat ditinjau kembali atau dinyatakan tidak valid.
Selain itu, algoritma machine learning mampu membaca perilaku pengerjaan, seperti kecepatan menjawab, pola revisi jawaban, serta urutan pengerjaan soal. Jika ditemukan anomali yang tidak sesuai dengan pola alami manusia, sistem dapat memberikan peringatan kepada penyelenggara.
Apakah Psikotes Online Tetap Valid?
Menurut para peneliti, psikotes online tetap dapat valid dan dapat diandalkan selama menggunakan sistem pengawasan yang tepat dan instrumen tes yang terstandarisasi. Kunci utamanya adalah kombinasi antara teknologi keamanan, desain tes yang kuat, serta edukasi kepada peserta mengenai pentingnya integritas.
Dalam banyak kasus, psikotes online bahkan bisa lebih efisien dan objektif karena menggunakan pemrosesan data otomatis yang meminimalkan bias manusia. Namun, integritas peserta tetap memainkan peran besar dalam menjaga keakuratan hasil.
Kesimpulan
Psikotes online memang memiliki potensi risiko kecurangan yang lebih tinggi dibandingkan tes offline, terutama karena kurangnya pengawasan langsung. Namun, dengan penggunaan teknologi pengawasan, algoritma deteksi perilaku, dan validity scale, risiko tersebut dapat diminimalkan. Pada akhirnya, keberhasilan psikotes tetap bergantung pada kejujuran peserta dan desain asesmen yang aman.
Assessment Indonesia adalah biro psikologi resmi yang menjadi pusat asesmen psikologi terpercaya, serta vendor psikotes terbaik di Indonesia.
Daftar Pustaka :
Harmon, L. W., Rios, J. A., & McClure, K. (2021). Online assessment security and test-taker behavior: A review of emerging evidence. Educational Measurement: Issues and Practice, 40(4), 27–38.
Talwar, V., & Lee, K. (2016). Social and cognitive factors influencing honesty in digital contexts. Frontiers in Psychology, 7, 1972.
Bennett, R. E., & Bejar, I. I. (2018). Technology and testing: Enhancing security and integrity in online assessments. Educational Measurement: Issues and Practice, 37(1), 42–50.