Memuat...
19 December 2025 10:09

Algoritma Penilaian Psikotes: Apakah Semua Skor Dibaca Secara Sama?

Bagikan artikel

Cara Algoritma Membaca Skor Psikotes di Era Modern

Dalam proses rekrutmen saat ini, penilaian psikotes tidak lagi sepenuhnya dilakukan secara manual. Banyak perusahaan menggunakan algoritma penilaian untuk memproses data dengan lebih cepat dan konsisten. Namun, penting dipahami bahwa algoritma tidak membaca skor secara flat atau sama rata. Setiap jenis tes memiliki bobot, fungsi, dan interpretasi yang berbeda, tergantung pada kompetensi yang ingin diukur perusahaan.

Pada tes kemampuan kognitif, misalnya, algoritma biasanya memeriksa pola akurasi, waktu pengerjaan, serta konsistensi jawaban. Skor akhir yang muncul bukan hanya hasil hitungan benar–salah, tetapi gabungan dari beberapa indikator performa. Untuk tes kepribadian, algoritma bekerja dengan prinsip trait-based scoring, yaitu memetakan kecenderungan perilaku ke dalam dimensi tertentu, bukan menilai baik atau buruk.

 

Mengapa Tidak Semua Skor Diartikan Sama

Setiap perusahaan memiliki nilai kompetensi inti yang berbeda. Inilah mengapa dua kandidat dengan skor yang sama dalam satu tes dapat memperoleh interpretasi yang berbeda. Misalnya, skor tinggi pada dimensi dominance mungkin ideal untuk posisi pemimpin tim, namun kurang sesuai untuk posisi pelayanan publik yang membutuhkan empati dan kesabaran. Jadi, algoritma tidak hanya “membaca angka,” tetapi mengaitkannya dengan kebutuhan jabatan.

Selain itu, psikotes modern melihat pola daripada angka tunggal. Dua kandidat mungkin memiliki total skor yang identik, tetapi pola respon yang berbeda dapat memberi informasi penting terkait stabilitas emosi, impulsivitas, atau cara berpikir. Hal ini membuat algoritma penilaian bekerja lebih kompleks daripada sekadar membandingkan skor antar peserta.

 

Human in the Loop: Peran Psikolog Tetap Penting

Meskipun algoritma membantu mempercepat proses, interpretasi akhir tidak pernah sepenuhnya diserahkan pada mesin. Prinsip human in the loop memastikan bahwa psikolog tetap berperan dalam meninjau kejanggalan data, memverifikasi pola jawaban, dan menilai kecocokan kandidat secara menyeluruh. Algoritma mampu melihat kecenderungan, tetapi tidak dapat memahami konteks kehidupan, pengalaman kerja, atau faktor situasional yang memengaruhi performa tes.

Pendekatan gabungan antara algoritma dan profesional psikologi membuat penilaian lebih akurat dan adil. Data kuantitatif dari algoritma membantu objektivitas, sementara analisis psikolog menjaga pemahaman yang holistik dan manusiawi.

 

Kesimpulan: Skor Itu Penting, Tetapi Tidak Berdiri Sendiri

Dengan berkembangnya cognitive analytics, psikotes tidak lagi hanya menilai “berapa skornya,” tetapi “mengapa skornya demikian” dan “apa artinya untuk pekerjaan tertentu.” Karena itu, tidak semua skor memiliki makna yang sama. Interpretasi selalu mempertimbangkan tujuan tes, kebutuhan jabatan, serta pola keseluruhan dari jawaban kandidat.

Pendekatan ini membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih tepat, sekaligus memberi peluang yang lebih adil bagi kandidat untuk menunjukkan potensi terbaik mereka.

Assessment Indonesia adalah biro psikologi resmi yang menjadi pusat asesmen psikologi terpercaya, serta vendor psikotes terbaik di Indonesia.

 

Daftar Pustaka :

Collins, J., & Thornton, G. (2020). Algorithmic scoring in psychological assessment: Trends and implications. Journal of Applied Psychology, 105(8), 923–937.

Fetzer, M., & Kim, H. (2019). Human–machine collaboration in personnel selection. Industrial and Organizational Psychology Review, 12(3), 215–229.

Lievens, F., & Sackett, P. R. (2017). The validity of algorithm-assisted psychological testing. Personnel Assessment and Decisions, 3(1), 1–12.

Tett, R., & Simonet, D. V. (2019). Trait-relevance theory: Understanding score interpretation in personality testing. Journal of Personality Assessment, 101(4), 389–403.

Bagikan