Memuat...
30 January 2025 21:18

Pola Emosi Umum pada Masa Akhir Anak-Anak

Bagikan artikel

Pada tahap akhir masa anak-anak, mereka mulai menyadari bahwa ada beberapa ekspresi emosi yang tidak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebayanya. Misalnya, perilaku tantrum yang dianggap sebagai tanda perilaku bayi, rasa takut yang dianggap sebagai sikap pengecut, dan rasa cemburu yang sering dipandang sebagai tindakan yang tidak sportif. Karena itu, anak-anak mulai berusaha untuk mengendalikan emosi-emosi ini.

Namun, hal ini tidak selalu berlaku di rumah. Di lingkungan rumah, anak-anak masih cenderung menunjukkan emosi mereka dengan kuat. Banyak orangtua yang melihatnya sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan usia anak. Tidak hanya emosi negatif, tetapi juga ekspresi kebahagiaan, seperti tertawa terbahak-bahak atau berguling-guling di lantai, sering kali dianggap sebagai perilaku yang belum matang. Padahal, ini justru menunjukkan bahwa anak merasa bahagia dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Bagaimana sebenarnya pola emosi pada akhir masa anak-anak? 

Pola emosi yang muncul pada akhir masa anak-anak berbeda dengan pola emosi pada awal masa anak-anak. Perbedaannya terletak pada dua hal: penyebab munculnya emosi dan cara anak mengekspresikannya. Perubahan ini terjadi karena anak mulai belajar dan memiliki pengalaman yang mengajarkan mereka tentang bagaimana orang lain memandang ekspresi emosional yang mereka tunjukkan.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut, anak mulai menyadari bahwa ada jenis ekspresi emosional yang kurang diterima secara sosial, terutama seiring dengan bertambahnya usia dan perubahan fisik mereka. Misalnya, amarah yang dulunya diekspresikan dengan tantrum atau tangisan kini lebih sering digantikan dengan menggerutu atau menggunakan kata-kata kasar. Anak-anak sudah mulai mengerti bahwa tantrum dan tangisan merupakan ekspresi yang dianggap sebagai perilaku bayi.

Selain itu, jenis situasi yang memicu emosi juga berubah. Anak-anak yang lebih besar cenderung lebih mudah marah, terutama ketika mereka merasa dilecehkan atau dikritik. Mereka mulai lebih peka terhadap situasi dan komentar yang merendahkan mereka.

Pada masa akhir anak-anak, emosi yang intens dapat muncul karena adanya ketidakseimbangan dalam diri anak yang sulit untuk dihadapi. Puncak emosi ini sering kali dipicu oleh perubahan fisik maupun lingkungan. Misalnya, saat organ seksual mulai berfungsi, atau ketika anak memasuki lingkungan baru seperti sekolah dan harus beradaptasi dengan lingkungan sosial yang berbeda.

Di saat-saat seperti ini, seringkali orangtua berusaha mengekang atau menahan ekspresi emosional anak-anak. Hal ini justru dapat menyebabkan anak merasa gelisah, tegang, dan lebih mudah marah karena perasaan mereka tidak tersalurkan. Karena menangis dianggap sebagai perilaku bayi yang tidak sesuai dengan harapan sosial, anak akan mencari cara untuk mengatasi perasaan tersebut dengan cara-cara yang lebih diterima, seperti bermain, tertawa, atau bahkan menangis secara diam-diam.

Namun, anak-anak tidak selalu mendapatkan bimbingan yang tepat untuk mengatasi ekspresi emosional mereka. Mereka biasanya belajar melalui eksperimen dan percobaan sendiri, bukan melalui arahan orangtua. Hal ini bisa membuat mereka menemukan cara-cara baru untuk mengekspresikan emosi, tetapi tidak selalu cara yang tepat dan diterima oleh masyarakat.

Beberapa anak yang memiliki teman akrab atau kelompok sebaya yang dapat mereka ajak berbicara tentang perasaan mereka, seperti rasa cemburu, takut, atau sedih, cenderung lebih mudah dalam mengelola emosi mereka. Berbicara tentang perasaan ini dapat membantu anak-anak memahami situasi dan menemukan cara untuk mengurangi atau menghindari emosi negatif tersebut.

Oleh karena itu, peran orangtua tetap sangat penting dalam mendampingi anak-anak pada masa ini. Dengan bimbingan yang tepat, orangtua dapat membantu anak mengelola emosi mereka dengan lebih baik, yang tentunya akan berpengaruh positif pada perkembangan emosional mereka di masa depan.

Sebagai bagian dari pusat asesmen Indonesia, biro psikologi Assessment Indonesia menghadirkan solusi asesmen psikologi dan psikotes online berkualitas tinggi untuk kebutuhan evaluasi yang komprehensif.

 

Bagikan