Memuat...
07 October 2025 08:55

Couples Therapy Bagaimana terapi pasangan membantu membangun kembali keintiman, kepercayaan, dan keharmonisan hubungan.

Bagikan artikel

Konflik sering menjadi alasan utama pasangan mencari bantuan profesional (Gottman & Gottman, 2015). Tantangan dalam hubungan bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari komunikasi yang buntu, kurangnya keintiman emosional, masalah keuangan, hingga perbedaan nilai atau tujuan hidup. Jika tidak dikelola dengan baik, masalah-masalah ini dapat berkembang menjadi pertengkaran yang berlarut-larut dan merusak ikatan pasangan. Di sinilah terapi pasangan berperan untuk membantu pasangan melihat dinamika hubungan dari perspektif baru, belajar mengelola emosi, serta menemukan cara berkomunikasi yang lebih sehat. Melalui pendekatan terstruktur, pasangan dapat menurunkan eskalasi konflik, membangun kembali koneksi emosional, dan menghadirkan kembali kasih sayang dalam momen sulit.

Penjelasan Couples Therapy

Couples therapy, atau terapi pasangan, adalah bentuk intervensi psikologis yang dirancang untuk membantu pasangan memperbaiki dinamika hubungan mereka, baik dalam menghadapi konflik sehari-hari maupun permasalahan yang lebih kompleks. Tidak hanya berfokus pada memperbaiki komunikasi, terapi ini juga bertujuan membangun kembali rasa saling percaya, kedekatan emosional, dan kerja sama dalam menghadapi tantangan hidup bersama.

Penelitian Lebow dan Snyder (2022) menunjukkan bahwa pasangan yang mengikuti terapi rata-rata memiliki kondisi hubungan yang lebih baik dibandingkan 70–80% pasangan yang tidak menerima terapi. Berbagai pendekatan terapi pasangan telah terbukti efektif menangani masalah spesifik seperti kesulitan seksual, perselingkuhan, dan kekerasan dalam hubungan intim.

Manfaat terapi pasangan juga meluas ke ranah kesehatan individu. Beberapa uji klinis menemukan bahwa intervensi berbasis pasangan mampu memberikan dampak positif pada masalah emosional, perilaku, bahkan kesehatan fisik yang dialami salah satu atau kedua pasangan. Komponen umum dalam intervensi ini antara lain dukungan pasangan, peningkatan keterampilan komunikasi, serta peningkatan kesadaran akan dampak suatu masalah terhadap kualitas hubungan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa meski fokus utama terapi pasangan adalah memperbaiki fungsi relasional dan peningkatan fungsi individu turut menjadi hasil positif yang signifikan. Hal ini menegaskan bahwa hubungan yang sehat bukan hanya bermanfaat untuk kualitas relasi, tetapi juga untuk kesejahteraan psikologis dan fisik tiap individu di dalamnya.

Berbagai Macam Couples Therapy

Dalam praktiknya, couples therapy memiliki beragam pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasangan. Beberapa metode yang paling banyak diteliti dan digunakan adalah Emotionally Focused Therapy (EFT), Gottman Method, dan Cognitive-Behavioral Couple Therapy (CBCT).

Emotionally Focused Therapy (EFT) merupakan pendekatan berbasis attachment yang menekankan pentingnya ikatan emosional dalam hubungan (Wiebe & Johnson, 2016). Pasangan diajak untuk mengeksplorasi emosi yang mendalam dan sering kali tersembunyi di balik reaksi permukaan, lalu membagikannya secara terbuka kepada pasangan. Proses ini membantu membangun respons yang lebih empatik dan selaras secara emosional, sehingga perlahan mengubah pola interaksi negatif menjadi dinamika hubungan yang lebih sehat dan penuh kelekatan.

Gottman Method (Gottman & Gottman, 2015), yang dikembangkan berdasarkan penelitian panjang oleh para pakar hubungan antar-manusia, menggabungkan asesmen menyeluruh tentang dinamika hubungan dengan intervensi berbasis riset. Fokus utamanya adalah meredakan komunikasi konflik, meningkatkan keintiman, rasa hormat, serta kasih sayang, sekaligus menumbuhkan empati dan pemahaman dalam relasi. Dengan metode ini, pasangan dapat mengidentifikasi hambatan yang membuat hubungan terasa stagnan, lalu membangun kembali kedekatan emosional.

Sementara itu, Cognitive-Behavioral Couple Therapy (CBCT) menekankan hubungan antara pikiran, emosi, dan perilaku pasangan (Epstein & Zheng, 2017). Terapi ini membantu pasangan memperbaiki pola pikir negatif, meningkatkan keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah, serta mendorong perilaku yang lebih menyenangkan satu sama lain. CBCT juga terbukti efektif dalam membantu pasangan menghadapi stres eksternal, masalah kesehatan fisik, gangguan psikologis, hingga konflik berat dalam hubungan.

Kesimpulan

Dengan beragam pendekatan ini, couples therapy memberikan fleksibilitas bagi terapis untuk menyesuaikan intervensi dengan karakteristik dan kebutuhan unik tiap pasangan. Lebih dari sekadar menyelesaikan konflik, terapi pasangan membuka ruang aman bagi kedua individu untuk saling memahami, membangun kembali keintiman, serta memperkuat ikatan emosional yang mungkin terkikis oleh rutinitas, tekanan hidup, atau peristiwa traumatis. Proses ini bukan hanya memberikan manfaat jangka pendek berupa komunikasi yang lebih sehat, tetapi juga efek jangka panjang berupa peningkatan kualitas hubungan, ketahanan menghadapi tantangan, hingga dampak positif bagi kesehatan mental dan fisik individu. Menjalani couples therapy bukanlah tanda kelemahan dalam hubungan, melainkan langkah proaktif untuk menumbuhkan relasi yang lebih sehat, harmonis, dan berkelanjutan.

Untuk dapat mengenali potensimu dengan baik, kalian dapat menemukan layanan asesmen psikologi terbaik hanya di biro psikologi resmi Assessment Indonesia, mitra terpercaya untuk kebutuhan psikotes.

References

Epstein, N. B., & Zheng, L. (2017). Cognitive-behavioral couple therapy. Current Opinion in Psychology, 13, 142–147. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2016.09.004

Gottman, J., & Gottman, J. (2015). The gottman method - About | The gottman institute. The Gottman Institute. https://www.gottman.com/about/the-gottman-method/

Lebow, J., & Snyder, D. K. (2022). Couple therapy in the 2020s: Current status and emerging developments. Family Process, 61(4), 1359–1385. https://doi.org/10.1111/famp.12824

Wiebe, S. A., & Johnson, S. M. (2016). A review of the research in emotionally focused therapy for couples. Family Process, 55(3), 390–407. https://doi.org/10.1111/famp.12229

Bagikan